“Bersama kami, atau memusuhi kami!”
Sebuah slogan yang lumayan masyhur kala Amerika mengobarkan perang melawan teroris. Tak ada abu-abu, tak boleh golput, dan tak ada jalan tengah, juga tanpa wajh al-Jam’i wa at-Tawafuq.
Kecenderung “harus dengan kami” atau “harus seperti kami” rupanya banyak juga kita jumpai dalam kehidupan beragama kita. Tentu memusuhi tidak hanya memerangi dengan senjata, bisa saja mengolok-olok, menghina, merendahkan atau sekedar menyalah-nyalahkan.
Jika shalat tidak dengan tata cara kami maka shalat itu salah, karena tidak shalat sebagaimana Nabi. Jika tidak masuk partai kami, maka sama artinya tidak mendukung dakwah Islam. Jika tidak mendukung sistem khilafah, berarti mengikuti cara kafir. Jika tidak ikut mengutuk dan melaknat pemerintahan Basyar Asad, maka artinya mendukung Syiah. Sederhana tapi berbahaya.
Karakteristik Fiqih Islam
Sayangnya, saat ini kecenderungan “harus dengan kami” atau “harus seperti kami” juga masuk dalam ranah fiqih. Hal itu dapat dilihat dari adanya pemaksaan kebenaran dari sebagian kalangan, dengan menyalahkan pihak yang tidak sepaham.
Kalangan ini menentang adanya ikhtilaf madzhab fiqih, dengan menganjurkan Ijtihad kembali kepada al-Qur’an dan as-Sunnah. Karena bagi kalangan ini, salah satu sebab adanya perpecahan umat Islam adalah adanya madzhab fiqih. Umat Islam harus bersatu secara Aqidah dan Ibadah, katanya.
Padahal dalam ranah fiqih, ikhtilaf terhadap suatu masalah sudah menjadi hal yang biasa dan memang sudah terjadi sejak awal Islam itu ada. Perbedaan hasil ijtihad bukanlah sesuatu yang asing dan perlu dipersalahkan. Abu Bakar berbeda ijtihadnya dalam memerangi penentang bayar zakat. Umar berbeda ijtihadnya dalam pemanfaatan tanah rampasan perang. Utsman berbeda ijtihadnya dalam dua adzan Jum’at, dan lain sebagainya.
Lanjut lagi, Imam Abu Hanifah berbeda pandangan dalam mengambil dalil hadits Ahad. Imam Malik berbeda cara pandang dalam berhujjah dengan amal Ahli Madinah. Imam Syafi’i tidak banyak menggunakan Istihsan, dan lain sebagainya.
Tak Hanya Belajar Perbedaan Tapi Bagaimana Menyikapi Perbedaan Itu
Menarik untuk digaris-bawahi, ternyata perbedaan-perbedaan hasil ijtihad itu tidak menjadikan mereka lantas berpecah dan bermusuhan. Artinya klaim bahwa perbedaan hasil Ijtihad termasuk adanya madzhab adalah salah satu penyebab perpecahan, tidak sepenuhnya benar. Dan sejarah telah menjawabnya. Apakah kita temukan, mereka saling memusuhi dan menjatuhkan?
Hal yang terpenting adalah bagaimana menyikapi perbedaan itu.
Para ulama’ salaf terdahulu, mempunyai satu kaidah yang bagus dalam menyikapi perbedaan pendapat. Sebut saja Imam as-Syafi’i, ungkapan yang masyhur:
كلامي صواب يحتمل الخطأ و كلام غيري خطأ يحتمل الصواب
Pendapatku benar dan mungkin bisa saja salah, sedang pendapat orang lain salah dan mungkin saja benar.
Jika Gayus yang lulusan STAN itu korupsi milyaran rupiah, maka bukannya STAN yang dibubarkan. Jika ada perpecahan karena mengikuti madzhab tertentu dalam fiqih, maka yang patut dipermasalahkan adalah pandangan seorang itu sendiri.
Justru kalau kita lihat lebih jauh, kecenderungan menghindari perpecahan dengan menolak madzhab fiqih itu sama artinya dengan mambuat madzhab baru, madzhab yang anti ikhtilaf, madzhab satu kata, madzhab kaca mata kuda, madzhab yang kami benar dan yang lain pasti salah, madzhab anti-kritik.
Akhirnya “Jika tidak mengikuti kami, maka artinya memusuhi kami”. Jika tidak seperti kami, maka itu salah. Awalnya ingin meredam perpecahan, tapi nyatanya malah memulai perpecahan baru.
Darimana Harus Memulai?
Semakin luas ilmu seseorang, semakin luas juga cakrawala berpikirnya dan semakin luwes dalam menyikapi perbedaan. Paling tidak, ada beberapa tahapan dalam mempelajari Fiqih Islam, mulai dari pemula terus naik kepada jenjang yang lebih tinggi.
Para ulama’ fiqih telah mengarang kitab mereka sesuai dengan jenjang pencarian ilmu seseorang.
Pertama, belajar matan fiqih. Bagi pemula, disarankan memulai belajarnya dengan fiqih yang sederhana. Tujuannya agar ibadahnya benar dahulu. Bagi yang bermadzhab Syafi’i, bisa memulai dengan belajar Fath al-Qarib misalnya.
Kedua, belajar dalil fiqih. Selanjutnya yang dipelajari adalah dalil dari apa yang sudah dipelajari di jenjang pertama. Di jenjang ini, sangat dianjurkan untuk belajar Ushul Fiqih. Tujuannya aAgar tahu bagaimana istidlal dari sebuah dalil. Istidlal atau cara mengambil dalil, kadang malah lebih penting dari dalil itu sendiri.
Ketiga, belajar fiqih perbandingan. Jika sudah matang dalam dalil dan ushul fiqih, maka pelajaran selanjutnya adalah mengetahui perbedaan pendapat para ulama. Jika seseorang dalam mengawali belajar fiqihnya langsung pada perbedaan ulama’, biasanya akan merasa bingung. Kenapa harus beda? Kenapa tidak satu saja?
Keempat, belajar bagaimana menyikapi perbedaan itu. Jika sudah sampai pada jenjang perbangingan fiqih, maka yang dipelajari adalah bagaimana menyikapi perbedaan itu.
<<bersambung>>
Adil Tak Selalu Sama Rata | 31 March 2013, 10:03 | 4.133 views |
Kompilasi Hukum Islam (KHI) : Antara Kritik dan Harapan | 30 March 2013, 14:32 | 5.617 views |
Habis Aqad Nikah Langsung Talak Muhammad Saiyid Mahadhir, Lc, MA | 29 March 2013, 08:42 | 5.143 views |
Menulis, Proses Penyelamatan Ilmu Ahmad Zarkasih, Lc | 26 March 2013, 16:44 | 4.416 views |
Darah Terputus-putus; Antara Haid & Istihadlah Aini Aryani, Lc | 25 March 2013, 22:40 | 10.284 views |
Kuis Bidah
Hanif Luthfi, Lc., MA | 1 December 2016, 09:58 | 2.805 views |
Memahami Persoalan itu Setengah dari Jawaban
Hanif Luthfi, Lc., MA | 18 September 2016, 16:17 | 1.900 views |
As-Shalatu Jamiatun atau as-Shalata Jamiatan, Mana Yang Benar?
Hanif Luthfi, Lc., MA | 8 March 2016, 11:31 | 2.833 views |
Ziarah Kubur Nabi itu Haram Menurut Madzhab Hanbali, Benarkah?
Hanif Luthfi, Lc., MA | 8 November 2015, 20:20 | 4.754 views |
Siapakah yang Disebut Anak Yatim?
Hanif Luthfi, Lc., MA | 22 October 2015, 17:26 | 3.709 views |
Susahnya Mengamalkan Hukum Waris Islam di Indonesia
Hanif Luthfi, Lc., MA | 15 October 2015, 13:54 | 4.116 views |
Bertanyalah Dalil Kirim Pahala al-Fatihah Kepada Imam Ahmad bin Hanbal (w. 241 H)!
Hanif Luthfi, Lc., MA | 3 September 2015, 12:01 | 26.495 views |
Wiridan dan Hizib Ibnu Taimiyyah al-Hanbali (w. 728 H)
Hanif Luthfi, Lc., MA | 14 August 2015, 10:00 | 6.200 views |
Kekurangtepatan Terhadap Pemahaman Pernyataan Ulama Terkait Harus 11 Rakaat
Hanif Luthfi, Lc., MA | 25 June 2015, 11:00 | 5.491 views |
Dalil-Dalil yang Dipakai Dalam Membid'ahkan Tarawih Lebih 11 Rakaat
Hanif Luthfi, Lc., MA | 24 June 2015, 11:00 | 5.651 views |
Apakah Benar Bahwa Shalat Tarawih Lebih Dari 11 Rakaat Adalah Bid'ah?
Hanif Luthfi, Lc., MA | 23 June 2015, 11:00 | 5.748 views |
Proses Pensyariatan Puasa Ramadhan
Hanif Luthfi, Lc., MA | 2 June 2015, 12:41 | 4.704 views |
Apakah Ada Hadits Dhaif dalam Musnad Ahmad?
Hanif Luthfi, Lc., MA | 13 May 2015, 17:00 | 5.848 views |
Apa Saja Kitab Fiqih Madzhab Ahli Hadits?
Hanif Luthfi, Lc., MA | 21 April 2015, 21:03 | 6.680 views |
Madzhab Fiqih Ahli Hadits
Hanif Luthfi, Lc., MA | 21 April 2015, 13:36 | 5.921 views |
Shalat Jum'at Tidak Ditempat yang Biasa Disebut Masjid, Bolehkah?
Hanif Luthfi, Lc., MA | 9 April 2015, 21:21 | 7.339 views |
Bolehkah Bagi Musafir, Shalat Jum'at Dijama' Dengan Shalat Ashar?
Hanif Luthfi, Lc., MA | 27 March 2015, 11:02 | 9.021 views |
Hadits Nabi Bisa Jadi Menyesatkan
Hanif Luthfi, Lc., MA | 13 March 2015, 11:11 | 9.652 views |
Benarkah Ishaq bin Rahawaih Meletakkan Tangan Diatas Dada Saat Shalat?
Hanif Luthfi, Lc., MA | 6 February 2015, 20:54 | 5.745 views |
Letak Bersedekap Ketika Shalat: Sebab Perbedaan dan Dalilnya
Hanif Luthfi, Lc., MA | 5 February 2015, 20:21 | 9.110 views |
Meletakkan Tangan Diatas Dada Bukan Pendapat Ulama Madzhab Empat
Hanif Luthfi, Lc., MA | 4 February 2015, 19:31 | 10.164 views |
Sudah Belajar Ushul Fiqih Tetapi Masih Taqlid
Hanif Luthfi, Lc., MA | 14 January 2015, 06:46 | 6.126 views |
Kenapa Imam At-Thabari Didzalimi? (bag. 2)
Hanif Luthfi, Lc., MA | 30 November 2014, 12:00 | 6.429 views |
Imam At-Thabari Yang Terdzalimi
Hanif Luthfi, Lc., MA | 29 November 2014, 12:00 | 7.173 views |
Beasiswa Abu Hanifah
Hanif Luthfi, Lc., MA | 27 August 2014, 15:49 | 5.088 views |
Kiat-kiat Shalat di Kereta Api
Hanif Luthfi, Lc., MA | 17 July 2014, 08:18 | 9.404 views |
Bener tapi Kurang Pener
Hanif Luthfi, Lc., MA | 6 July 2014, 21:32 | 6.390 views |
Hari yang Meragukan
Hanif Luthfi, Lc., MA | 29 June 2014, 00:57 | 4.465 views |
Ka Yauma atau Ka Yaumi?
Hanif Luthfi, Lc., MA | 10 May 2014, 00:00 | 4.641 views |
Ulama Dikenal Karena Tulisannya
Hanif Luthfi, Lc., MA | 7 May 2014, 11:05 | 4.543 views |
Why: Siapa untuk Bertanya Kenapa
Hanif Luthfi, Lc., MA | 30 April 2014, 12:20 | 6.986 views |
Sujud Dengan Tangan atau Lutut: Khilafiyyah Abadi
Hanif Luthfi, Lc., MA | 5 April 2014, 18:00 | 7.192 views |
Jika Dhaif Suatu Hadits
Hanif Luthfi, Lc., MA | 2 April 2014, 22:32 | 5.242 views |
Model Penulisan Kitab Hadits
Hanif Luthfi, Lc., MA | 24 March 2014, 13:41 | 4.360 views |
Kartubi : Lahir Hidup dan Wafat di Jawa
Hanif Luthfi, Lc., MA | 12 March 2014, 06:55 | 6.196 views |
Khilafiyah Dalam Menshahihkan dan Mendhaifkan Hadits: Sebuah Keniscayaan (bag. 2)
Hanif Luthfi, Lc., MA | 27 February 2014, 06:00 | 5.527 views |
Khilafiyah Dalam Menshahihkan dan Mendhaifkan Hadits: Sebuah Keniscayaan
Hanif Luthfi, Lc., MA | 26 February 2014, 12:00 | 6.270 views |
Sejarah Perjalanan Ilmu Hadits (bag. 2)
Hanif Luthfi, Lc., MA | 19 February 2014, 01:01 | 5.951 views |
Sejarah Perjalanan Ilmu Hadits (bag.1)
Hanif Luthfi, Lc., MA | 18 February 2014, 15:00 | 4.404 views |
Ustadz Jadi Apa?
Hanif Luthfi, Lc., MA | 28 January 2014, 07:28 | 6.219 views |
Menyadarkan Muqallid
Hanif Luthfi, Lc., MA | 25 January 2014, 12:23 | 5.455 views |
Qunut Shubuh : Al-Albani VS Ibnul Qayyim
Hanif Luthfi, Lc., MA | 23 January 2014, 05:45 | 10.427 views |
Serupa Tapi Tak Sama: Nama-Nama Ulama bag. 2
Hanif Luthfi, Lc., MA | 18 October 2013, 14:38 | 4.823 views |
Serupa Tapi Tak Sama: Nama-Nama Ulama bag. 1
Hanif Luthfi, Lc., MA | 18 October 2013, 11:37 | 5.466 views |
As-Syathibi: Pakar Bid'ah yang Dituduh Ahli Bid'ah
Hanif Luthfi, Lc., MA | 17 August 2013, 07:32 | 11.170 views |
Mata Kaki Harus Menempel?
Hanif Luthfi, Lc., MA | 10 August 2013, 15:35 | 24.769 views |
Tantangan Qawaid Fiqhiyyah
Hanif Luthfi, Lc., MA | 21 June 2013, 03:03 | 7.800 views |
Puber Religi?
Hanif Luthfi, Lc., MA | 18 May 2013, 20:02 | 6.532 views |
Shubuh Wajib Berhenti
Hanif Luthfi, Lc., MA | 24 April 2013, 00:45 | 6.872 views |
Menghukumi atau Menghakimi: Corak Fiqih Baru?
Hanif Luthfi, Lc., MA | 17 April 2013, 15:12 | 6.177 views |
With Us Or Against Us : Corak Fiqih Baru?
Hanif Luthfi, Lc., MA | 1 April 2013, 07:04 | 5.857 views |
Antara Kitab Fiqih Sunnah dan Shahih Fiqih Sunnah
Hanif Luthfi, Lc., MA | 14 February 2013, 16:45 | 11.347 views |
Ahmad Zarkasih, Lc | 106 tulisan |
Muhammad Saiyid Mahadhir, Lc, MA | 57 tulisan |
Hanif Luthfi, Lc., MA | 52 tulisan |
Ahmad Sarwat, Lc., MA | 46 tulisan |
Isnan Ansory, Lc, MA | 26 tulisan |
Sutomo Abu Nashr, Lc | 20 tulisan |
Aini Aryani, Lc | 19 tulisan |
Galih Maulana, Lc | 16 tulisan |
Ali Shodiqin, Lc | 13 tulisan |
Firman Arifandi, Lc., MA | 12 tulisan |
Muhammad Abdul Wahab, Lc | 11 tulisan |
Isnawati, Lc | 9 tulisan |
Muhammad Ajib, Lc., MA | 9 tulisan |
Siti Chozanah, Lc | 6 tulisan |
Tajun Nashr, Lc | 6 tulisan |
Faisal Reza | 4 tulisan |
Ridwan Hakim, Lc | 2 tulisan |
Muhammad Aqil Haidar, Lc | 1 tulisan |
Muhammad Amrozi, Lc | 1 tulisan |
Luki Nugroho, Lc | 0 tulisan |
Azizah, Lc | 0 tulisan |